Senin, 21 Agustus 2017

Bekerja Bersama Ciptakan Perjalanan Ceria #UbahJakarta



Binggung, tranportasi apa yang tepat untuk di pakai dari Pademangan menuju  Sawangan, Depok?. Jarak tempuh yang cukup jauh dan riskan macet, Tentu saja motor bukanlah solusi karena pergi kali ini tidak hanya berdua saja, melainkan bertiga. jika harus menyewa transportasi roda empat pasti harus mengeluarkan 'isi kocek' yang tidak sedikit.

Dulu, transportasi kereta adalah rawan kejahatan namun saat ini, Kereta telah menyihir banyak masyarakat; Penawaran biaya yang murah, keamanan yang terjamin, lokasi stasiun yang mudah di jangkau, pelayanan yang baik serta informasi yang mudah di dapat, jadwal perjalanan yang tidak lama. Dari alasan tersebutlah, kami memutuskan untuk menggunakan kereta dari stasiun Ancol - Depok Baru. meski pun untuk stasiun ancol cukup lama menanti kereta selanjutnya namun dikarenakan kenyamanan selama berada di peron membuat indah untuk di isi dengan berselfie menjadikan waktu tidak terasa, kereta pun tiba.

Hari itu, kami pulang pergi menggunakan kereta. perjalanan yang cukup melelahkan karena membawa barang cukup berat. mesin bicara kereta menginformasikan bahwa "tas bawaan di larang di taruh di lantai karena mengganggu penumpang lain yang berdiri". jleb, rasa bersalah pun muncul tapi bagaimana bisa tenaga dua perempuan dan satu anak lelaki kecil mengangkat  travelbag ke roofrack? dan petugas gerbong tidak menampakan simpati untuk memindahkan barang tsb. mungkin petugas pun berfikir bahwa barang tsb tidak memungkinkan untuk di taruh di roof rack?  jadilah kami seperti wajah tanpa dosa dan beruntung kondisi kereta tidak terlalu ramai meski ada yang berdiri. suara pesan yang dikeluarkan dari mesin kereta sungguh menggelitik nurani. namun apa daya, kami hanya manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah.

Perjalanan dengan kereta memang mengasyikkan. di tengah keramaian, ada banyak wajah baru yang dijumpai . dan tentu saja kerupawanan sang masinis pun tidak mengurangi mata untuk selalu melirik berharap bisa mendapat simpatik. Hampir semua masinis yang dijumpai menawan hati para gadis.


Alangkah indah jika saja sepanjang perjalanan terlihat rumah yang tersusun rapi dan bersih. semua bisa dilakukan bila ada kerja sama dengan masyarakat. Hal lain yang membuat  kenyamanan di kereta kadang terganggu saat sinyal sering terputus-putus. ketika berselancar di dunia maya atau pun telponan harus terganggu hanya karena sinyal yang tidak bagus. namun baru-baru ini membaca bahwa signal kereta MRT mampu menembus meski di bawah tanah dengan memakai CBTC, di tahun ke depan Jakarta akan memiliki transportasi bertarap internasional.

Apa pun itu... terima kasih kereta telah membawa kami sampai tujuan dan kembali lagi ke rumah dengan selamat. terima kasih stasiun yang telah di buat dengan baik sehingga nyaman ketika harus lebih lama berada di sana untuk menunggu lagi kereta selanjutnya. terima kasih cleaning service yang telah membersihkan tiap gerbong , toilet dengan baik dan semua area, terima kasih semua petugas yang telah bekerja sama hingga terjalin suatu sistem kerja yang baik, terlebih terima kasih telah menyediahkan mushola untuk bisa beribadah.

sebagai penutup... terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah menjadikan kereta sebagai transportasi pilihan yang mudah, murah, nyaman dan aman.

















Selasa, 13 Desember 2016

Warnaku

Rabbana...... Engkaulah sang pemilik hati hamba-hambaMu, Engkau pulalah yang mengarahkan dan menggerakkannya. terima kasih atas mereka yang selalu menanam rasa percaya kepada hamba... akan hamba jadikan sebagai pemicu dalam ikhlas hanya karenaMu.
Emakku selalu berpesan " berbuat baiklah pada siapa saja, walau pun mereka jahat kepadamu, walau pun kelak mereka hanya melempari batu ke arah mu". ibarat pepatah sambungnya, "mati semut karena gula".
mungkin, ini adalah satu-satunya nasihat beliau yang belum bisa hamba tunaikan. maafkan anakmu, mak. karena saya adalah seorang yang apa adanya, to the point, transparan, bukan orang yang bermuka dua apalagi sampai bermuka dua belas.
Aku adalah seorang yang sangat ekspresif, sehingga perasaan apapun yang tersimpan di hati akan nampak dengan jelas pada bahasa tubuh. Maka sungguh membahagiakan ketika dalam banyak hal kemudian aku dapat menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya dan dapat tetap tampil stabil.
Aku bangga terlahir sebagai anakmu, mak. semoga aku pun mampu menanam bangga di hati mu, memberi bahagia di masa-masa tuamu, menjadi tabungan untuk penerang dan peneman alam kuburmu.
Rabbana.... simpanlah dalam memori otak hamba hanya wajah-wajah mereka yang ketika aku mengenangnya akan memerekahkan senyum di wajah manisku atau tawa kecil yang mampu menggetarkan jiwa.
always be my self, only a better person day by day, Insya Allah...
semoga Allah dan engkau ridho padaku...


Jumat, 19 Agustus 2016

Perjanjian Hudaibiyah


BERKEMBANGNYA Islam sampai ke seluruh penjuru dunia, dan tetap bertahan sampai zaman sekarang ini, salah satu faktornya adalah kecerdasan sang pembawa risalah tersebut, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah tokoh dengan karakter yang paling hebat. Bahkan Michael J Hart yang non muslim pun menempatkan beliau di urutan teratas dalam daftar 100 orang terhebat dalam buku karyanya. Salah satu bukti kehebatan Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa terjadinya Perjanjian Hudaibiyah, atau Shulhul Hudaibiyah.

Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian antara Kaum Muslimin Madinah, dalam hal ini dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, dengan kaum musyrikin Mekah. Ini terjadi pada tahun ke-6 setelah beliau hijrah dari Mekah ke Madinah. Perjanjian ini terjadi di Lembah Hudaibiyah, berada di pinggiran Kota Mekah. Pada saat itu rombongan Kaum Muslimin yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW hendak melakukan ibadah Haji. Namun mereka dihalang- halangi masuk ke Mekah oleh Suku Quraisy, penduduk Mekah.
Maka setelah terjadi negosiasi beberapa waktu, kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian damai. Sebelum terjadinya Perjanjian Hudaibiyah ini, Kaum Musyrikin Mekah bersama- sama dengan Kaum Yahudi Khaibar, dan suku- suku lain di sekitar Arab yang masih musyrik menyerang Madinah. Ini dikenal dengan peristiwa Perang Ahzab atau Perang Khandaq. Usaha penyerangan tersebut gagal total dikarenakan mereka terhalang oleh benteng yang dibuat oleh Kaum Muslimin berupa parit. Serta berkat bantuan dari Allah SWT beruapa badai yang sangat dingin yang menerpa pasukan musyrikin tersebut. Perang ini dipandang sebagai akhir dari usaha Kaum Musyrikin Mekah untuk memerangi Kaum Muslimin Madinah.
Sedangkan isi dari Perjanjian Hudaibiyah tersebut menurut riwayat, intinya adalah:
  1. Gencatan senjata antara Mekah dengan Madinah selama 10 tahun.
  2. Bagi penduduk Mekah yang menyeberang ke Madinah tanpa izin walinya harus dikembalikan ke Mekah.
  3. Bagi penduduk Madinah yang menyeberang ke Mekah tidak boleh kembali ke Madinah.
  4. Bagi penduduk selain Mekah dan Madinah, dibebaskan memilih untuk berpihak ke Mekah atau Madinah.
  5. Pada saat itu Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya harus meninggalkan Mekah.
  6. Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya dipersilahkan kembali lagi ke Mekah setahun setelah perjanjian itu, dan akan dipersilahkan tinggal selama 3 hari dengan syarat hanya membawa pedang dalam sarungnya (maksudnya membawa pedang hanya untuk berjaga- jaga, bukan digunakan untuk menyerang). Dalam masa 3 hari itu kaum Quraisy (Mekah) akan menyingkir keluar dari Mekah.
Sekilas isi perjanjian tersebut sama sekali tidak menguntungkan bagi Kaum Muslimin, dan hanya menguntungkan kaum Quraisy Mekah. Ini bisa kita cermati satu persatu isinya:
  1. Gencatan senjata sudah tidak diperlukan oleh Kaum Muslimin, mengingat setelah Perang Ahzab/ Khandaq, Kaum Quraisy sudah putus asa dalam memerangi Kaum Muslimin. Dan itu dibuktikan bahwa mereka tidak berani memerangi Kaum Muslimin yang hendak datang ke Mekah.
  2. Jika penduduk Mekah tidak boleh menyeberang ke Madinah, jelas jumlah Kaum Muslimin tidak akan bertambah, sedangkan Kaum Quraisy tidak akan melemah.
  3. Jika penduduk Madinah yang pergi ke Mekah tidak diperbolehkan untuk kembali ke Madinah, tentu warga Madinah akan berkurang.
  4. Poin ini bisa disebut imbang.
  5. Kaum Muslimin yang sudah capek- capek menempuh perjalanan harus pulang tanpa tercapai tujuannya yaitu berhaji. Ini tentu sangat mengecewakan mereka. Ditambah lagi sebelumnya Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan bahwa beliau bermimpi memasuki Mekah bersama- sama Kaum Muslimin dengan aman, dan mimpi beliau pasti terjadi. Jika ternyata apa yang beliau ucapkan tidak menjadi kenyataan, tentu akan menjadi pukulan bagi mereka. Terlebih berita tersebut sudah menyebar di kalangan kaum munafiq dan Kaum Yahudi. Jika mereka tahu, tentu Nabi Muhammad SAW dan Kaum Muslimin akan menjadi bahan ejekan oleh mereka.
  6. Diperbolehkannya untuk kembali lagi, dan hanya tinggal selama 3 hari, maka waktu 3 hari ini tidak cukup untuk melaksanakan ibadah Haji. Apalagi tidak diperkenankan menghunus pedang, maka ini adalah hal yang sangat merugikan.
Pada saat itu kondisi psikis Kaum Muslimin sangat tertekan. Mereka tidak percaya bahwa pemimpin mereka yang sangat cerdas mau menerima perjanjian itu begitu saja. Bahkan Umar bin Khattab r.a sempat memprotes secara halus tentang isi perjanjian ini. Bahkan ketika Nabi Muhammad SAW memerintahkan Kaum Muslimin untuk menyembelih hewan kurban yang telah mereka siapkan sebagai tanda berakhirnya ibadah Haji, tidak ada satupun yang melaksanakannya karena rasa heran lebih menguasai pikiran mereka.
Kalaulah bukan karena usul Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad SAW, mungkin mereka akan tetap terpaku dalam keadaan seperti itu.
Namun ternyata Nabi Muhammad SAW mempunyai pandangan yang orang lain tidak mampu menangkapnya. Dan hal ini tidak pernah beliau beri tahukan kepada sahabat- sahabat beliau, bahkan kepada Abu Bakar r.a dan Umar r.a. Ini beliau lakukan demi menjaga rahasia strategi beliau. Maka beliau membiarkan para sahabat dan Kaum Muslimin dalam keadaan seperti itu. Ternyata, setelah kemenangan Islam terjadi, kita bisa mengambil pelajaran bahwa paling tidak ada 2 hal penting yang beliau ambil dari Perjanjian Hudaibiyah tersebut:
Perjanjian ini ditandatangani oleh Kaum Quraisy dengan Suhail bin Amr sebagai wakilnya. Suku Quraisy adalah suku paling terhormat di daerah Arab, sehingga siapapun akan menghormati apa yang mereka tentukan. Dengan penandatanganan perjanjian ini, maka Madinah diakui sebagai suatu daerah yang mempunyai otoritas sendiri. Jika Suku Quraisy telah mengakui, maka suku- suku lain pun pasti mengakuinya.
Dengan perjanjian ini, maka pihak Quraisy (Mekah) memberi kekuasaan kepada Madinah untuk menghukum mereka jika menyalahi perjanjian tersebut. Ternyata sangat hebat konsekuensi dari perjanjian ini. Kaum Muslimin Madinah yang tadinya dianggap bukan apa- apa, sejak perjanjian itu dibuat bisa menghukum suku yang paling terhormat di Arab. Perlu diketahui bahwa Islam melarang memerangi suatu kaum atau seseorang tanpa orang atau kaum tersebut melakukan kesalahan. Ini bisa dilihat dalam Al Qur’an Surat Al Hajj ayat 39- 40.
Maka dengan keuntungan yang didapat dari Perjanjian Hudaibiyah itu, Nabi Muhammad berusaha mengukuhkan status Madinah dengan cara mengutus berbagai utusan kepada pemimpin negara- negara tetangga, diantaranya Mesir, Persia, Romawi, Habasyah (Ethiopia), dan lain- lain. Selain itu beliau juga menyebar pendakwah untuk menyebarkan Agama Islam.
Kemudian dengan dijaminnya Quraisy tidak akan memusuhi Kaum Muslimin, maka Kaum Muslimin bisa dengan leluasa menghukum Kaum Yahudi Khaibar yang telah mendalangi penyerangan terhadap Kaum Muslim Madinah dalam Perang Ahzab/ Khandaq. Ini yang beliau lakukan sehingga Kaum Yahudi pun di kemudian hari tidak berani lagi mengganggu Madinah.
Dalam pada itu, Nabi Muhammad SAW tahu betul karakter orang- orang Mekah. Beliau yakin bahwa mereka akan melanggar perjanjian itu sebelum masa berlakunya selesai. Dan itu benar- benar terjadi. Maka ketika Bani Bakr yang menyatakan berpihak kepada Quraisy dan didukung beberapa tokoh Quraisy diantaranya Ikrima bin Abu Jahal menyerang Bani Khuza’ah yang menyatakan memihak Madinah, Nabi Muhammad segera menyiapkan rencana untuk menghukum Kaum Quraisy. Dan pada akhirnya, terjadilah penaklukan Mekah tanpa perlawanan berarti dari penduduk Mekah.
Maka tepatlah ketika Kaum Muslimin kembali dari Hudaibiyah, dalam perjalanan turun Surat Al Fath (Kemenangan)….
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata”.
Allahu a’lam bishshawab.

 [Sumber: Manjanique]

Minggu, 07 Agustus 2016

CINTA LAKI-LAKI BIASA (True Story)


Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon lima belas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!]

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.
Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

Nania terkesima.

Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur dua puluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.

***
Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!

Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar!

Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.

Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli!

Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..

Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.
Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.

Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.
Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

***

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tiga puluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak!

Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter?

Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir,
telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orang tua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

***

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.
Nania, bangun, Cinta? Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

Nania, bangun, Cinta? Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.
Pada hari ketiga puluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.
Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?
Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!

Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta.

Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Dua puluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri.
Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..

- Asma Nadia -




Selasa, 24 Mei 2016

Lirik Lagu Sedetik Lebih by Ihsan Tarore


setiap nafas yang dihembus
setiap degupan jantung
aku selalu memikirkanmu
dalam sadar dibuai angan
dalam tidur dan khayalan
aku selalu memikirkanmu
ternyata ku perlukan cinta
dari dirimu, sayang
barulah terasa ku bernyawa


kasihku, ku amat mencintai kamu
karena kau beri arti hidup
ku kan terus mencinta sedetik lebih
selepas selamanya
di kala penuh ketakutan dengan badai kehidupan
ku bersyukur adanya kamu
biarlah kehilangan semua yang dimiliki di dunia
asal masih adanya kamu
ternyata ku perlukan cinta dari dirimu, sayang
barulah terasa ku bernyawa
kasihku, ku amat mencintai kamu
karena kau beri arti hidup
ku kan terus mencinta sedetik lebih
selepas selamanya
(kasihku, ku amat mencintai) mencintai kamu
(karena kau beri arti) hidup
ku kan terus mencinta sedetik lebih
kasihku, (ku amat mencintai) kamu (karena kau beri arti)
ku kan terus mencinta sedetik lebih oooh selepas selamanya

Lirik Lagu Terkesima Rhoma Irama Feat Noor Halimah

Pria:Hm... ooo...
Berdebar hati berdebar deras darahku mengalirBergetar tubuh bergetar menahan gejolak hatiSungguh aku malu, malu, malu, maluMengutarakan hasratkuSungguh aku ragu, ragu, ragu, raguMengatakannya padamu
Berdebar hati berdebar deras darahku mengalirBergetar tubuh bergetar menahan gejolak hati

Pria:Sudah kurangkai kata‘Tuk menyampaikan rasaTapi di hadapanmu semua buyar tak menentu
Jangankan ‘tuk merayu apalagi mencumbu
Bahkan memandang matamu ternyata aku tak mampuTerkesima diriku memandang pesonamuGugup kelu dan kaku memandang wibawamu

Wanita:Berdebar hati berdebar deras darahku mengalirBergetar tubuh bergetar menahan gejolak hatiSungguh aku malu, malu, malu, maluMengutarakan hasratkuSungguh aku ragu, ragu, ragu, ragumengatakannya padamu
Duet :Berdebar hati berdebar deras darahku mengalirBergetar tubuh bergetar menahan gejalak hati




Senin, 18 April 2016

Perjalanan Panjang Satu Butir Nasi


Sungguh sebuah kekeliruan jika ada yang menilai penduduk kampung yang selama ini menyumbang porsi besar kerusakan hutan. ketika masyarakat 'membuka hutan', mereka hanya membakar ladang karet lama yang sudah belasan tahun tidak terawat. tentu saja setelah sekian lama terabaikan ladang itu kembali seperti 'hutan', dipenuhi pohon-pohon tinggi dan semak belukar. apa lagi kebanyakan ladang karet produktif di kampung kami memang dibiarkan 'menghutan'. penduduk hanya membersihkan jalur ke setiap pohon karet, sisanya dibiarkan ditumbuhi beragam tumbuhan liar.

'membuka hutan' adalah ritual panjang, tidak selesai dalam hitungan bulan. pekerjaan paling awal dari 'membuka hutan' adalah memotong semak-belukar dan pohon-pohon kecil yang berukuran seibu jari, setelah itu memangkas pohon-pohon besar dan sengaja membiarkan pohon durian, cempedak, nangka, manggis, jengkol tidak di potong.

'membuka hutan' memang tidak sesederhana yang dibayangkan. urusan menebang pohon saja harus dikerjakan sedemikian rapi dan terencana, sudah ada rumusnya. setelah semua semak belukar di pangkas, pohon-pohon di tebang, lantas lahan dibiarkan mengering lalu fase berikutnya yang amat penting, yang akan menentukan berhasil atau tidak ladang yaitu "pembakaran". seluruh batang kayu, dedaunan dan semak belukar akan di bakar.

pembakaran yang baik akan membuat tanah matang dengan unsur hara yang kaya dari abu. bagaimana melintangkan pohon-pohon kayu yang di tebang rata ke seluruh bidang tanah, tidak hanya menumpuk di satu sisi tapi kurang di sisi lainnya menjadi kunci keberhasilah fase pembakaran. keliru menyusunnya maka ladang akan bopeng, ada bagian yang terlalu subur, ada yang sebalikya.

seluruh daun, ranting dan batang kayu dibiarkan kering di timpa matahari, itu syarat penting 'pembakaran' sempurna. sambil mengeringkan,  pekerjaan berikutnya jauh lebih ringan yaitu membersihkan tepi-tepi lahan bakal ladang. semak belukar, dedaunan potongan ranting, apa saja semua dibersihkan selebar tiga meter. itu menjadi garis pemisah antara lahan yang akan di bakar dengan hutan di sebelahnya.

hari pembakaran tiba, pria dewasa dari tetangga dan keluarga berkumpul menyiapkan pembakaran lahan. beberapa wanita dewasa menyiapkan makan. pembakaran di mulai selepas zuhur, pukul satu , saat matahari sedang terik-teriknya. masing-masing sisi lahan di jaga enam orang.

proses ini sudah biasa, mereka terlatih melakukannya puluhan tahun. setiap kali ada penduduk yang hendak membakar lahan, mereka berkumpul, bergotong royong saling membantu.

setelah hampir tiga bulan persiapan, mulai dari membersih semak belukar, menebang batang pohon, membuat garis pembatas, lantas pembakaran, ladang siap digunakan.

ladang siap memulai prosesi tebar benih. tanah hitam, tunggul hangus, abu sisa-sisa batang kayu berserakan sejauh mata memandang. penduduk berjejer rapi dua baris. baris terdepan memegang tongkat kayu yang akan dipukulkan ke tanah, membuat lubang, baris dibelakangnya membawa mangkok plastik berisi benih padi, bertugas memasukkan tiga-lima butir ke dalam lubang itu. hitungan penduduk tidak keliru. setelah hampir enam bulan kemarau adalah hari yang tepat menebar benih saat tetes hujan pertama menyiram kampung.

benih padi tumbuh cepat, batang padi sudah tumbuh beberapa jengkal. kecepatan tumbuh rumput dana ilalang sama cepatnya. padi di beri pupuk dan berharap tidak ada hama yang menyerang, akan berat biaya kalau harus menyemprot seluruh ladang. membuat pagar di sekeliling ladang menggunakan ratusan potongan kayu. pagar rapat seperti ini penting untuk mencegah binatang liar masuk dan merusak batang padi. dari batang kayu yang tidak habis terbakar bergelimpangan di tengah ladang, tumbuh subur beraneka macam jamur.

dua bulan sejak benih di tebar, tinggi batang padi sudah sepingang. batang padi semakin tinggi. di setiap sudut ladang di beri kaleng-kaleng berisi batu koral. kaleng tersebut diikat dengan tali rafia. suara berisik segera memenuhi ladang saat tali rafia di tarik membuat satu-dua burung yg hinggap di tunggul berterbangan merasa terganggu. kaleng-kaleng tersebut bukan hanya untuk mengusir burung pipit, itu juga berfungsi untuk mengusir babi.

padi-padi itu tumbuh subur tapi hanya dengan kebaikan Tuhan-lah esok-lusa akan tumbuh bilur-bilur padi yang banyak. kita tidak pernah bisa menumbuhkan padi, membuatnya berbuah , kita hanya bisa membantu prosesnya. tinggal menunggu dan berharap. menunggu itu berarti sabar dan berharap itu berarti doa.

bulan-bulan terakhir pekerjaan di ladang jauh lebih ringan. rumput dan ilalang sudah tidak perlu disiangi, sudah kalah oleh batang padi. hanya menjaga ladang dari hama dan serbuan binatang hutan. memastikan tidak ada pagar kayu yg goyah.

di pulau jawa jarang ada ladang tadah hujan, di sana petani bersawah memiliki sistem irigasi tetap sepanjang tahun.meraka tidak membuka hutan, mereka hanya mengelolah lahan yang sama, membajaknya. di jawa siklus tanam padi bisa tiga kali setahun, di banding dengan ladang yang hanya bisa sekali setahun.

buah padi mulai sudah ranum, ladang tidak bisa ditinggalkan terlalu lama, malam hari pun harus di jaga. petani mengani-ani pucuk barang padi. hilir mudik tetangga bergotong royong, jatah untuk tetangga yang selama ini membantu, zakat. hasil panen tetap menyisakan puluhan karung goni, di simpan di gudang dan sebagian di jual.

ladang sudah ditanami pohon karet. jarang ladang ditanami padi dua kali, hasil panennya tidak sebaik pertama.



Bekerja Bersama Ciptakan Perjalanan Ceria #UbahJakarta

Binggung, tranportasi apa yang tepat untuk di pakai dari Pademangan menuju  Sawangan, Depok?. Jarak tempuh yang cukup jauh dan riskan ma...