Senin, 18 April 2016

Perjalanan Panjang Satu Butir Nasi


Sungguh sebuah kekeliruan jika ada yang menilai penduduk kampung yang selama ini menyumbang porsi besar kerusakan hutan. ketika masyarakat 'membuka hutan', mereka hanya membakar ladang karet lama yang sudah belasan tahun tidak terawat. tentu saja setelah sekian lama terabaikan ladang itu kembali seperti 'hutan', dipenuhi pohon-pohon tinggi dan semak belukar. apa lagi kebanyakan ladang karet produktif di kampung kami memang dibiarkan 'menghutan'. penduduk hanya membersihkan jalur ke setiap pohon karet, sisanya dibiarkan ditumbuhi beragam tumbuhan liar.

'membuka hutan' adalah ritual panjang, tidak selesai dalam hitungan bulan. pekerjaan paling awal dari 'membuka hutan' adalah memotong semak-belukar dan pohon-pohon kecil yang berukuran seibu jari, setelah itu memangkas pohon-pohon besar dan sengaja membiarkan pohon durian, cempedak, nangka, manggis, jengkol tidak di potong.

'membuka hutan' memang tidak sesederhana yang dibayangkan. urusan menebang pohon saja harus dikerjakan sedemikian rapi dan terencana, sudah ada rumusnya. setelah semua semak belukar di pangkas, pohon-pohon di tebang, lantas lahan dibiarkan mengering lalu fase berikutnya yang amat penting, yang akan menentukan berhasil atau tidak ladang yaitu "pembakaran". seluruh batang kayu, dedaunan dan semak belukar akan di bakar.

pembakaran yang baik akan membuat tanah matang dengan unsur hara yang kaya dari abu. bagaimana melintangkan pohon-pohon kayu yang di tebang rata ke seluruh bidang tanah, tidak hanya menumpuk di satu sisi tapi kurang di sisi lainnya menjadi kunci keberhasilah fase pembakaran. keliru menyusunnya maka ladang akan bopeng, ada bagian yang terlalu subur, ada yang sebalikya.

seluruh daun, ranting dan batang kayu dibiarkan kering di timpa matahari, itu syarat penting 'pembakaran' sempurna. sambil mengeringkan,  pekerjaan berikutnya jauh lebih ringan yaitu membersihkan tepi-tepi lahan bakal ladang. semak belukar, dedaunan potongan ranting, apa saja semua dibersihkan selebar tiga meter. itu menjadi garis pemisah antara lahan yang akan di bakar dengan hutan di sebelahnya.

hari pembakaran tiba, pria dewasa dari tetangga dan keluarga berkumpul menyiapkan pembakaran lahan. beberapa wanita dewasa menyiapkan makan. pembakaran di mulai selepas zuhur, pukul satu , saat matahari sedang terik-teriknya. masing-masing sisi lahan di jaga enam orang.

proses ini sudah biasa, mereka terlatih melakukannya puluhan tahun. setiap kali ada penduduk yang hendak membakar lahan, mereka berkumpul, bergotong royong saling membantu.

setelah hampir tiga bulan persiapan, mulai dari membersih semak belukar, menebang batang pohon, membuat garis pembatas, lantas pembakaran, ladang siap digunakan.

ladang siap memulai prosesi tebar benih. tanah hitam, tunggul hangus, abu sisa-sisa batang kayu berserakan sejauh mata memandang. penduduk berjejer rapi dua baris. baris terdepan memegang tongkat kayu yang akan dipukulkan ke tanah, membuat lubang, baris dibelakangnya membawa mangkok plastik berisi benih padi, bertugas memasukkan tiga-lima butir ke dalam lubang itu. hitungan penduduk tidak keliru. setelah hampir enam bulan kemarau adalah hari yang tepat menebar benih saat tetes hujan pertama menyiram kampung.

benih padi tumbuh cepat, batang padi sudah tumbuh beberapa jengkal. kecepatan tumbuh rumput dana ilalang sama cepatnya. padi di beri pupuk dan berharap tidak ada hama yang menyerang, akan berat biaya kalau harus menyemprot seluruh ladang. membuat pagar di sekeliling ladang menggunakan ratusan potongan kayu. pagar rapat seperti ini penting untuk mencegah binatang liar masuk dan merusak batang padi. dari batang kayu yang tidak habis terbakar bergelimpangan di tengah ladang, tumbuh subur beraneka macam jamur.

dua bulan sejak benih di tebar, tinggi batang padi sudah sepingang. batang padi semakin tinggi. di setiap sudut ladang di beri kaleng-kaleng berisi batu koral. kaleng tersebut diikat dengan tali rafia. suara berisik segera memenuhi ladang saat tali rafia di tarik membuat satu-dua burung yg hinggap di tunggul berterbangan merasa terganggu. kaleng-kaleng tersebut bukan hanya untuk mengusir burung pipit, itu juga berfungsi untuk mengusir babi.

padi-padi itu tumbuh subur tapi hanya dengan kebaikan Tuhan-lah esok-lusa akan tumbuh bilur-bilur padi yang banyak. kita tidak pernah bisa menumbuhkan padi, membuatnya berbuah , kita hanya bisa membantu prosesnya. tinggal menunggu dan berharap. menunggu itu berarti sabar dan berharap itu berarti doa.

bulan-bulan terakhir pekerjaan di ladang jauh lebih ringan. rumput dan ilalang sudah tidak perlu disiangi, sudah kalah oleh batang padi. hanya menjaga ladang dari hama dan serbuan binatang hutan. memastikan tidak ada pagar kayu yg goyah.

di pulau jawa jarang ada ladang tadah hujan, di sana petani bersawah memiliki sistem irigasi tetap sepanjang tahun.meraka tidak membuka hutan, mereka hanya mengelolah lahan yang sama, membajaknya. di jawa siklus tanam padi bisa tiga kali setahun, di banding dengan ladang yang hanya bisa sekali setahun.

buah padi mulai sudah ranum, ladang tidak bisa ditinggalkan terlalu lama, malam hari pun harus di jaga. petani mengani-ani pucuk barang padi. hilir mudik tetangga bergotong royong, jatah untuk tetangga yang selama ini membantu, zakat. hasil panen tetap menyisakan puluhan karung goni, di simpan di gudang dan sebagian di jual.

ladang sudah ditanami pohon karet. jarang ladang ditanami padi dua kali, hasil panennya tidak sebaik pertama.



Bekerja Bersama Ciptakan Perjalanan Ceria #UbahJakarta

Binggung, tranportasi apa yang tepat untuk di pakai dari Pademangan menuju  Sawangan, Depok?. Jarak tempuh yang cukup jauh dan riskan ma...